Monyetcoklat14's Blog

Aku Lahir dari Perut Ibu…
(Bukan kata orang…memang betul KAN….??)

Bila dahaga, yang susukan aku….ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku….ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut….Ibu
Bila bangun tidur, aku cari…..ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang ….ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati….ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah….ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya….ibu
Bila nakal, yang memarahi aku….ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma…..ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah….ibu
Bila takut, yang menenangkan aku….ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk….ibu
Aku selalu teringatkan ….ibu
Bila sedih, aku mesti telepon….ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu…. .ibu
Bila marah.. aku suka meluahkannya pada..ibu
Bila takut, aku selalu panggil… “ibuuuuu! ”
Bila sakit, orang paling risau adalah….ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga…..ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku….ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau…. ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku. …ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal…..ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku….ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku…ibu
Yang selalu memuji aku….ibu
Yang selalu menasihati aku….ibu
Bila ingin menikah..Orang pertama aku datangi dan minta
persetujuan…..ibu

namun setelah aku punya pasangan……………..
>>> Bila senang, aku cari….pasanganku
>>> Bila sedih, aku cari…..ibu
>>> Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada….pasanganku
>>> Bila gagal, aku ceritakan pada….ibu
>>> Bila bahagia, aku peluk erat….pasanganku
>>> Bila berduka, aku peluk erat….ibuku
>>> Bila ingin berlibur, aku bawa…..pasanganku
>>> Bila sibuk, aku antar anak ke rumah….ibu
>>> Bila sambut valentine.. Aku beri hadiah pada pasanganku
>>> Bila sambut hari ibu…aku cuma dapat ucapkan “Selamat Hari Ibu”
>>> Selalu… aku ingat pasanganku
>>> Selalu… ibu ingat aku
>>> Setiap saat… aku akan telepon pasanganku
>>> Entah kapan… aku ingin telepon ibu
>>> Selalu…aku belikan hadiah untuk pasanganku
>>> Entah kapan… aku ingin belikan hadiah untuk ibu
>>> Renungkan:
“Kalau kau sudah selesai belajar dan berkerja… masih ingatkah kau pada ibu?
Tidak banyak yang ibu inginkan… hanya dengan menyapa ibupun cukuplah”.
>>> Berderai air mata jika kita mendengarnya……..
>>> Tapi kalau ibu sudah tiada……….
>>> IBUUUU…RINDU IBU…. RINDU SEKALI….
>>> Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya….
>>> Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya…..
>>> Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya……
>>> Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya…… .
>>> Berapa banyak yang sanggup membuang belatung dan membersihkan luka kudis
ibunya….
>>> Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya…..
>>> Berapa banyak yang sanggup meluangkan waktu untuk menjaga ibunya yang telah renta…..

Seorang anak menemui ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di
dapur lalu menghulurkan selembar kertas yang bertuliskan sesuatu. Si ibu
segera melap tangannya dan menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak
lalu membacanya. Upah membantu ibu:
>>> 1) Membantu pergi belanja : Rp 10.000,-
>>> 2) Membantu jaga adik : Rp 10.000,-
>>> 3) Membantu buang sampah : Rp 10.000,-
>>> 4) Membantu membereskan tempat tidur : Rp 10.000,-
>>> 5) Membantu siram bunga : Rp 5.000,-
>>> 6) Membantu sapu sampah : Rp 5.000,-
>>> Jumlah : Rp 40.000,-
>>> Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak , kemudian si ibu
mengambil pensil dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
>>> 1) Biaya mengandung selama 9 bulan – GRATIS
>>> 2) Biaya tidak tidur karena menjagamu – GRATIS
>>> 3) Biaya air mata yang menitik karenamu – GRATIS
>>> 4) Biaya gelisah karena mengkhawatirkanmu – GRATIS
>>> 5) Biaya menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu -GRATIS
>>> Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku – GRATIS
>>> Air mata si anak berlinang setelah membaca apa yang dituliskan oleh
>>> si ibu. Si anak menatap wajah ibu,memeluknya dan berkata,
>>> “Saya Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pensil dan menulis “Telah
>>> Dibayar Lunas Oleh Ibu” ditulisnya pada muka surat yang sama.

Tag: , ,

Sudah aku buka seribu judul buku, juga jutaan karya puisi. Tapi, aku tak pernah sanggup untuk membuka surat ini dengan kata-kata merdu. Dadaku membuncah lebih hebat dari hari ke hari. Hanya untuk bertanya kabarmu: Apa kabar? Karena kabarmu jauh lebih penting dari permainan kata-kata. Karena kesehatanmu jauh lebih bermakna apapun. Hanya untuk sekadar bertanya padamu, lantas kau ingat bahwa kabar adalah nikmat. Yang dengan rasa syukur, Allah tambahkan nikmat itu. Dan kita paham bahwa kita memang perlu bersyukur.

Dik, bolehkah aku tanyakan sesuatu padamu –yang mungkin sedikit membuat mukamu memerah? Ah, aku pun turut malu, sebenarnya. Hanya karena aku sedikit cemburu, aku berani bertanya apakah kau tak risih menghadapi banyak tatapan lelaki? Aku telah jauh sadar sebelum suatu saat aku menjemputmu dengan cinta bahwa kau telah lebih dahulu diminati ribuan pria. Dari duda satu anak, seniormu yang masih lajang, sampai kawan-kawanmu yang berebutan mendekatimu. Semua orang bilang abhwa wajahmu cantik dan elok dipandang. Berbeda dengan perempuan lain, kata mereka. Lantas mereka menjadikanmu seperti piala. Diperebutkan di sana sini, diperbincangkan di kanan kiri, bahkan bukan tidak mungkin kau ditertawakan dengan tidak senonoh.

Ah, wajah cantik itu memang tak selamanya menjadi berkah. Haha, kau pun pernah bertanya padaku, bukan, Dik, tentang wajahmu itu? Lantas aku mengangguk pelan dan hanya menulisnya dalam secarik kertas bahwa aku tak pernah peduli pada kecantikanmu. Toh, bagiku wajahmu tak cantik-cantik amat. Hanya karena senyummu aku anggap menyejukkan, aku lantas tak merasa bosan. Itu saja. Selebihnya, aku tak peduli. Aku tak peduli kata-kata orang. Aku tak peduli semua obrolan mereka tentang dirimu. Yang cantik, yang elok. Karena aku sungguh tak ingin melihat wajahmu, lantas menjadi jatuh cinta. Mungkin itu terlalu buruk sebagai dasar perasaan. Terlalu materialistis.

Lagipula, kata orang, “Cantik itu relatif,” untuk menutupi ketidakmampuan mereka mendapatkan yang cantik dalam definisi orang kebanyakan. Ah, siapa pula yang peduli lagi pada kata ‘cantik’ dan definisinya. Toh, cinta tak dibangun dari kata ‘cantik’. Coba saja kau tanya pada seribu pemuda di kampungmu artis mana yang mereka anggap cantik. Setelah itu, kau perhatikan seberapa jauh jarak idealisme kecantikan di kepala mereka dengan ‘kecantikan’ sesungguhnya yang mereka dapatkan dari istri-istri mereka. Lantas kita bersungguh-sungguh untuk membuat teori, “Cinta tak lahir dari kecantikan, tetapi kecantikan tumbuh dari rasa cinta.”

Semua lantas kembali pada omong kosong –ketika idealisme diperjualbelikan lagi setelah tak laku keras di pasaran. “Cantik itu relatif” sesungguhnya hanya retorika apologis untuk memaafkan diri sendiri yang tak mampu menggapai perempuan secantik Luna Maya atau Sandra Dewi. Mirip anak-anak muda yang masih dengan jaket almamater kebanggaannya turun ke jalan dan berteriak atas nama idealisme. Setelah topi wisuda menyampir di kepala, idealisme itu mangkir diam-diam. Perut sudah tak lagi toleran pada kelaparan. Apalagi, jika anak dan istri di rumah tak punya kesabaran untuk sekadar disuapi nasi dari rumah makan Padang. Lantas, kita berebutan berteriak, “Idealisme itu barang basi, Bung!” Yang ada sekarang hanya kepentingan sesaat pemuas nafsu. Yang politisi nafsu dapat kedudukan, yang pedagang nafsu dapat tender, yang orang kecil nafsu supaya bisa makan besok dan besoknya lagi.

Ah, mungkin aku terlalu berlebihan jika kerelatifan cantikmu itu aku sandingkan pada idealisme. Mungkin lebih tepat jika aku kontemplasikan pada hakikat penemuan cinta –yang definisinya pun tak ada yang dapat menuliskannya dengan sempurna. Selalu saja ada lubang. Cacat. Karena memang cinta lebih mirip angin. Cukup saja dirasa, tak perlu digenggam. Kata Rasul, “Cintailah orang yang kamu kasihi sekadarnya saja karena boleh jadi suatu saat kamu akan membencinya. Dan bencilah seseorang yang kamu tidak sukai sekadarnya saja karena boleh jadi suatu saat kamu akan mencintainya.”[1]

Ya, kita kadang terlalu serius. Menganggap bahwa apa yang ada di sekeliling kita, yang menempel di sekujur tubuh kita, adalah milik kita. Kita lantas mencintainya lebih dari apapun, bahkan hampir menyerupai cinta kita pada diri kita sendiri. Padahal, tidak ada yang dimiliki abadi. Semua berkarat. Rumah, harta kekayaan, perempuan, kuda, sawah, pertanian, peternakan, jabatan. Semua berakhir menjadi sampah. Bukan harta lagi ketika orang masuk kuburan. Juga tak lagi jadi istri ketika perempuan kehilangan suami karena bisa jadi setelah empat bulan sepuluh hari, ia laku menjadi istri orang lain lagi. Haha…

Cantik itu relatif bisa jadi terlalu subjektif. Kadarnya bisa naik menjadi objektif jika kita merangkum dan membuat survey tentang cantik. Kakek nenek kita dulu mungkin menganggap Marlyn Monroe itu cantik walaupun kita bertegas tentang kebalikannya. Mereka memilih yang sintal, kita memilih yang ramping. Mereka memilih yang sawo matang, kita memilih yang keindo-indoan.

Ah, memang tak akan putus definisi itu. Biarlah zaman dan industri yang membuat merk pada zamannya masing-masing. Kita cukup untuk menafakurkan diri pada satu ketetapan yang pasti. “Sesungguhnya yang paling mulia di anatar kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa,”[2] kata Allah. Begitu kata ibuku semenjak aku masih kecil. Mungkin memang benar begitu seharusnya. Kita terlalu mematutkan diri untuk menjadi pantas sengan tren yang berlaku, lantas menjadi lupa pada standar baku yang tak pernah luntur. Kita sering bercermin, mengukur seberapa cantik wajah ini, lantas berusaha memenor-menorkan muka dengan berbagai kosmetik dan asesoris. Pemutih kulit laku, pemutih gigi laris, pewarna rambut habis di pasaran. Padahal, kita tengah menjadi boneka bisnis –yang hanya dengan ‘tukang obat’ industri menyewa artis yang lagi ngetop dan menjadikannya duta merek yang mujarab.

Biarlah, Dik, semua itu berjalan. Dunia memang berputar, bisnis pun berputar. Juga mungkin perbincangan tentang dirimu yang masih lajang. Suatu saat, ketika kau menjadi istri dari lelaki yang (mudah-mudahan) shalih, orang-orang perlahan akan melupakan dirimu. Piala sudah direbut dan mereka akan mencari piala lain untuk diperbincangkan lagi. Ah, aku kok jadi menyebutmu piala, Dik? Atau mungkin aku memang sudah kerasukan ide global yang menjadikanmu sekadar barang yang dijual dan diperebutkan –seperti piala, begitu? Bisa jadi. Kalau memang itu yang terjadi, aku mohon maaf. Mungkin karena aku terlampau banyak menonton televisi.

Dik, aku sudah kehabisan obrolan tentang kecantikan. Tentang dirimu yang ramai diselorohkan. Tentang dunia ini yang makin hari makin mendekat kiamat. Atau mungkin kita tak perlu lagi berdiskusi panjang lebar tentang dunia ini –tentang sesuatu yang fisikal. Besok-besok mungkin kita akan beralih ke dunia metafisika. Yang tak terjamah, yang tak terlihat. Biar saja orang tak mengerti. Biar saja orang tak paham. Sebagaimana mereka tak paham tentang cintaku padamu, tentang rinduku untukmu. Mereka akan bilang kita ini gila, kita ini sakit. Tapi, biarlah kita menjadi gila dan sakit sampai mereka menjenguk kita beramai-ramai dan membawakan kita ragam buah dan obat. Lalu kita mencoba-coba, siapa tahu kita menjadi sehat. Seperti mereka!

Ah, Dik. Aku juga tak tahu apa aku ini memang benar-benar gila atau tidak. Karena setiap kali aku menulis surat untukmu, aku selalu tak tahu di mana alamat rumahmu. Lalu aku bingung lagi, kini lemariku penuh dengan tulisan “Dik”. Ya, “Dik” yang tak pernah kukenal namanya, tak pernah kulihat wajahnya. Suatu saat aku berharap bisa memimpikanmu. Tapi, setalah kuingat-ingat lagi, aku belum pernah bermimpi bertemu Rasul. Jadi, kusingkirkan saja namamu dan aku berharap setiap menjelang tidur agar bertemu dengan Rasul. Kalau sudah bertemu dengannya, barulah aku berharap dirimu. Ngantri dulu ya, Dik…

akhirnya bLog saia selesai juga..

tHank god, voo uR heLped.thank’s God voo uR bLess..

buat smua pihak yg udah ngebantuiin aku buat “monyetcoklat14.wordpress.com” beredar di media internet.

buaT pak aRya,,makasih pak

video-tawa-heboh-di-youtube
download
Ger geran di acara pernikahan…

Kembali upacara pernikahan menuai sensasi di YouTube setelah video pengantin dansa beberapa waktu lampau. Kali ini, sebuah video menampilkan seorang pengantin wanita tertawa terbahak-bahak tak karuan di depan altar dan membuat seisi gereja jadi heboh.

Momen pernikahan ini jelas dinanti-nantikan oleh pengantin pria, Andrew Engstrom dan pasangannya, Melissa. Namun mereka mungkin tak menduga Melissa akan tertawa tiada henti hingga tak sanggup bicara.

Awalnya, prosesi pernikahan itu berjalan biasa-biasa saja. Pastur di gereja meminta Andrew memasang cincin pada calon istrinya dan mengulang kata yang diucapkan. Namun di sini Andrew tampak mengalami selip lidah sehingga keliru mengucap kata.

Insiden itu memicu Melissa tertawa lebar. Bahkan kemudian tawanya tak jua berhenti sehingga membuat Andrew, sang pastur dan para pengunjung ikut-ikutan tertawa. Begitu parahnya tawa Melissa hingga ia sampai sempoyongan.

Untungnya semua pihak menanggapi kejadian tersebut dengan rasa humor. “Tak mengapa, aku pernah menyaksikan kejadian ini sebelumnya,” tukas sang pastur dengan nada canda.

Tak jelas di mana prosesi pernikahan penuh tawa itu berlangsung, namun tampaknya di wilayah Amerika Serikat. Meski belum lama diupload di YouTube, video ini menarik kunjungan banyak pengakses dengan berbagai komentar.

CIMG0420waduug, bentar lagi ank Titian Teras pada IB nii [baca:: izin bermalam]

TT [baca:: titian Teras] pasti sepii sekalii 🙂

2 minggu di rumah, menyelami kebebasan dengan bersuka ria.

nonton tipi, jalan2, hunting ini itu, makan2.

mencintai kesenangan dengan berbagai hal yang meng”heboh” kan dunia sekitar.

dengan cara online di FB selama berjam-jam di depan layar Flat dan dduk manis didepannya, sambil tersenyum, marah, atau bahkan tertawa sepuas-puasnya karena membaca stastus tetrbaru dari angkatan. senior, ataupun juniiornya.

2minggu tidak mendengar teriakan dari teman-teman. 2 mingguu tidak mendengar tawa, tangis, dan cerita lucu mereka.

atau bahkan kita merindukan nya dalam hal ber”gosip” sore menjelang mandi?

haha,

aneh-aneh saja ank muda jaman sekarang.

[Lho_??!!]

tapii, dengan tugas stumpug, dan pulangnya disambut dengan “UH” [baca:: Ulangan harian]

waduuh,, biisa mampus kalo lama-lama kaya gini..

capeg di pembuatan tugas buat nambah nilai.

gpp juga sii yg penting satu kata ::::  N.I.L.A.I

haha..

so, Met IB smuaa 🙂

hidup dalam aura ke_naRziizan. biisa membuat hidup menjadi “hidup”..

menggiiLa bersama teman seperjuangan.

menggiiLa bersama saHabat.

menggiiLa bersama Teman se_angkatan.

membuat hidup menjadii berwarna.

14.[empat beLas]

seLamanya.

14.[empat beLas]

i’LL be miiZ iiu, untiiL the.end

tag kan pernah tergantii untuk seLamnya daLam Lingkungan 14. karna 14 adaLah segaLanya.

teman.saHabaT.dan kLuarga.

🙂

kLwRgaQuW teRciNta

betapa aku merindukanmu,betapa aku mencintaimu.

aku rindu di kehidupanku disana, aku rindu dimanja olehmu.

kapan waktu itu akan tiba?

saat aku menjadi seorang yang polos dan bahagia.

walaupun hingga saat ini aku bahagia di dekapmu.

aku ingin kau mengetahui, bagaimana rasa ini ku genggam erat.

aku hanya ingin membanggankanmu,

hiingga kau tersenyum melihatku kelak.

senyummu adalah doa bagiku,

doamu adalah tiang harapanku.

ku titipkan salamku untukmu.

ku titipkan langkahku padamu.

aku ingin kau bangga denganku

menelusuri waktu.

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

statistik :)

  • 651 hits

cuman ad disini

Glitter Text Generator at TextSpace.net